You need to enable javaScript to run this app.

NYADRAN, TRADISI RAKYAT MENYONGSONG RAMADHAN

  • Jum'at, 10 Maret 2023
  • Admin Kecamatan Sangir Balai Janggo
  • 0 komentar
NYADRAN, TRADISI RAKYAT MENYONGSONG RAMADHAN

Tak terasa, sebentar lagi Ramadhan datang. Bulan penuh rahmat, berkah dan ampunan ini ditunggu-tunggu oleh umat muslim di seluruh penjuru dunia. Pada bulan ini umat Islam berjuang melawan hawa nafsu, berbuat baik dan beribadah sebanyak mungkin untuk mencapai derajat taqwa sebagaimana dijanjikan Allah dalam Surat Al Baqarah:183. Untuk lebih khidmatnya ibadah selama Ramadhan, ziarah kubur merupakan kegiatan yang rutin dilaksanakan sebagian umat Islam. Ini berlangsung pada bulan Sya’ban.

Umat Islam etnis Jawa di Kecamatan Sangir Balai Janggo menyebut ritual ziarah kubur dengan sebutan “Nyadran”.Nyadran berasal dari bahasa Sanskerta, sraddha yang artinya keyakinan (sumber: Wikipedia). Nyadran adalah tradisi pembersihan makam oleh masyarakat Jawa, umumnya di pedesaan. Dalam bahasa Jawa, Nyadran berasal dari kata sadran yang artinya ruwah syakban. Rangkaian ritual budaya ini berupa pembersihan makam leluhur, tabur bunga, dan puncaknya berupa kenduri selamatan di makam leluhur.

Bertempat di kawasan pemakaman umum warga di Jorong Mercu Nagari Sungai Kunyit, Camat Sangir Balai Janggo  Muslim, S.Pd. ikut berpartisipasi dalam kegiatan Nyadran bersama warga setempat (Jum’at, 10 Maret 2023). “Nyadran adalah suatu rangkaian budaya yang berupa pembersihan makam leluhur, tabur bunga, kenduri selamatan di makam leluhur dan puncaknya penggelaran Seni Tari Kuda Lumping”, ungkapnya.

Ritual Nyadran di Sangir Balai Janggo tak cuma dilakoni oleh etnis Jawa, namun juga dilakukan oleh etnis lain. Lebih lanjut Muslim mengungkapkan, “Kegiatan Nyadran di Jorong Mercu dan Jorong Muktitama Nagari Sungai Kunyit pada awalnya dibawa oleh warga transmigrasi etnis Jawa dari Kabupaten Temanggung Jawa Tengah sekitar tahun 1991. Lambat laun kegiatan ini sudah diikuti berbagai etnis, seperti ; Sunda, Batak, Nias bahkan suku Minangkabau pun ikut nyadran”.

Lebih lanjut Camat yang akrab juga dengan julukan Petualang Mimpi ini menguraikan rentetan prosesi ritual Nyadran, “Kegiatan biasanya dimulai dengan bergotong-royong membersihkan kuburan, dilanjutkan dengan mendengarkan pidato sesepuh (org tua di Kampung), kemudian berdoa dan makan bersama di serambi kuburan (bangunan berbentuk los beratap tidak berdinding) di TPU dengan hidangan  pakai nasi tumpeng, ayam ingkung dan kuban urap. Kemudian pada sorenya digelar kesenian kuda lumping. Kegiatan ini dibiayai secara sukarela, masing-masing kepala keluarga menyumbang seikhlasnya dan membawa 2 (dua) bungkus nasi setiap KK untuk makan tamu dan pemain kuda lumping”.

Ritual Nyadran secara turun-temurun diselenggarakan oleh masyarakat, memberikan manfaat kepada masyarakat baik dalam hal kemasyarakatan maupun keimanan (spiritual). Dengan event ini:

  • Menjadi ajang memanjatkan do’a ampunan untuk keluarga/pendahulu yang telah meninggal dunia
  • Mengingatkan warga kepada kematian dan siksa kubur, sehingga berdampak terhadap peningkatan kualitas keimanan
  • Dapat terjaga kebersihan area pemakaman umum secara gotong royong
  • Terjalin lebih erat silaturahmi antar warga, baik lokal maupun perantau.
  • Generasi muda dapat mengenali para generasi pendahulu yang telah meninggal, sehingga lebih memahami silsilah keturunan keluarga masing-masing.

“Hal ini termasuk akulturasi budaya yang sangat luar biasa di Negeri Multi Etnis Kecamatan Sangir Balai Janggo Kabupaten Solok Selatan Provinsi Sumatera Barat. Sebagai seorang pamong tentunya kita dukung sepanjang ada unsur positifnya”, pungkasnya.

(wineste)

Bagikan artikel ini:

Beri Komentar

MUSLIM, S.Pd

- Camat Sangir Balai Janggo -

Nama Lengkap  : MUSLIM, S.Pd NIP : 19700808 199203 1 006 Tempat/ Tanggal Lahir  : Sungai Sungkai/ 8 Agustus...

Berlangganan
Jajak Pendapat

Bagaimana Pendapat Anda Tentang Website ini ?

Hasil
Banner